Para pengguna social media banyak berbagi informasi seputar Pemilu melalui akun sosial media mereka. Apalagi saat ini masa-masa menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden. Penggunaan social media dalam kampanye sangatlah terasa.
Secara ideal, pemasaran serta kampanye politik dengan social media harus menjadi bagian dari strategi kampanye kohesif yang konsisten di semua media termasuk saluran media tradisional. Tapi, sebuah strategi media sosial tidak harus menjadi alat penggembos pilihan pada mereka yang melek internet.
Jika lantas akan mendapati kerepotan bahwa rakyat pemilih tidak berinternet, lakukan saja. Karena mereka yang melek internet kebanyakan adalah orang yang suaranya di dengar di masyarakat sekitar. Untuk itulah, penggunaan sosial media bisa dilakukan sebagaimana berikut:
Memperlihatkan calon:
Ini akan bermanfaat untuk memperkenalkan setiap calon melalui blog mereka sendiri. Peserta dapat menggunakan blog untuk berbagi potongan pribadi seperti latar belakang keluarga, ide, keyakinan dan alasan untuk berlangganan pandangan partai dan agenda, alasan sendiri kandidat untuk mendukung keyakinan partai dapat menjadi cara yang efektif untuk meminjamkan sentuhan pribadi dan mungkin, langsung menjangkau pemilih potensial.
Menyorot Kontribusi:
Pastikan untuk menyorot tidak hanya prestasi resmi kandidat sebagai anggota partai juga / nya partisipasinya dalam kegiatan yang lebih bersifat sosial (relawan untuk amal, video interaksi dengan rakyat, podcast dari pidato yang diberikan, dan lainnya).
Terlibat dalam Dialog dua arah:
Tidak seperti kampanye penggalangan massa, yang cenderung gagal mendekati rakyat, dan tidak ada interaksi sama sekali. Membuat blog khusus bisa membuat rakyat ikut berkomentar pada blog Anda.
Memanfaatkan Koneksi Online di Dunia Nyata:
Dengan memosting hasil perdebatan dan mendapatkan opini publik tentang setiap masalah kampanye. Ini lebih mudah dilakukan, setelah Anda membangun keberadaan Anda di media sosial, bahkan menjadi lebih mudah untuk mengorganisir acara lokal, acara penggalangan dana, demonstrasi, dll, karena basis publiknya telah terbentuk.
Memahami Popularitas Online Anda:
Ingat popularitas online suatu calon atau jumlah pengikut di situs jejaring sosial tidak bisa diterjemahkan menjadi suara yang sebenarnya. Ini tentu tidak menjamin kemenangan dalam pemilu. Seperti semua acara kampanye lainnya, itu hanyalah cara yang bagus untuk menjangkau orang dan menyebar dan memperkuat pesan.
Beradaptasi dengan Interaksi Anda:
Sangat penting untuk mempertimbangkan kepekaan lokal dan global ketika menyuarakan kehadiran Anda di web. Jangan membuat komentar tergesa-gesa atau ofensif dan tentu tidak bereaksi negatif kepada orang atau sekelompok orang, jangan sampai menjadi kampanye kebencian merusak diri sendiri. Jangan mengecilkan selisih pendapat atau protes.
Intinya, penggunaan sosial media bisa menjadi sarana terbaik, dan merupakan bentuk partisipasi politik dari semua elemen pengguna. Baik calon, baik pemilih, dan semua orang benar benar terlibat, menggunakan pretensinya di dalam politi itu sendiri.
Secara ideal, pemasaran serta kampanye politik dengan social media harus menjadi bagian dari strategi kampanye kohesif yang konsisten di semua media termasuk saluran media tradisional. Tapi, sebuah strategi media sosial tidak harus menjadi alat penggembos pilihan pada mereka yang melek internet.
Jika lantas akan mendapati kerepotan bahwa rakyat pemilih tidak berinternet, lakukan saja. Karena mereka yang melek internet kebanyakan adalah orang yang suaranya di dengar di masyarakat sekitar. Untuk itulah, penggunaan sosial media bisa dilakukan sebagaimana berikut:
Memperlihatkan calon:
Ini akan bermanfaat untuk memperkenalkan setiap calon melalui blog mereka sendiri. Peserta dapat menggunakan blog untuk berbagi potongan pribadi seperti latar belakang keluarga, ide, keyakinan dan alasan untuk berlangganan pandangan partai dan agenda, alasan sendiri kandidat untuk mendukung keyakinan partai dapat menjadi cara yang efektif untuk meminjamkan sentuhan pribadi dan mungkin, langsung menjangkau pemilih potensial.
Menyorot Kontribusi:
Pastikan untuk menyorot tidak hanya prestasi resmi kandidat sebagai anggota partai juga / nya partisipasinya dalam kegiatan yang lebih bersifat sosial (relawan untuk amal, video interaksi dengan rakyat, podcast dari pidato yang diberikan, dan lainnya).
Terlibat dalam Dialog dua arah:
Tidak seperti kampanye penggalangan massa, yang cenderung gagal mendekati rakyat, dan tidak ada interaksi sama sekali. Membuat blog khusus bisa membuat rakyat ikut berkomentar pada blog Anda.
Memanfaatkan Koneksi Online di Dunia Nyata:
Dengan memosting hasil perdebatan dan mendapatkan opini publik tentang setiap masalah kampanye. Ini lebih mudah dilakukan, setelah Anda membangun keberadaan Anda di media sosial, bahkan menjadi lebih mudah untuk mengorganisir acara lokal, acara penggalangan dana, demonstrasi, dll, karena basis publiknya telah terbentuk.
Memahami Popularitas Online Anda:
Ingat popularitas online suatu calon atau jumlah pengikut di situs jejaring sosial tidak bisa diterjemahkan menjadi suara yang sebenarnya. Ini tentu tidak menjamin kemenangan dalam pemilu. Seperti semua acara kampanye lainnya, itu hanyalah cara yang bagus untuk menjangkau orang dan menyebar dan memperkuat pesan.
Beradaptasi dengan Interaksi Anda:
Sangat penting untuk mempertimbangkan kepekaan lokal dan global ketika menyuarakan kehadiran Anda di web. Jangan membuat komentar tergesa-gesa atau ofensif dan tentu tidak bereaksi negatif kepada orang atau sekelompok orang, jangan sampai menjadi kampanye kebencian merusak diri sendiri. Jangan mengecilkan selisih pendapat atau protes.
Intinya, penggunaan sosial media bisa menjadi sarana terbaik, dan merupakan bentuk partisipasi politik dari semua elemen pengguna. Baik calon, baik pemilih, dan semua orang benar benar terlibat, menggunakan pretensinya di dalam politi itu sendiri.
*rangkuman dari: http://www.anneahira.com/bentuk-partisipasi-politik.htm*