Akhir-akhir populer kata wik wik dan ena ena untuk menggambarkan aktivitas bercintaan, bercumbuan atau bermesraan. Namun jauh sebelum istilah tersebut hadir, dikenal 'Indehoy'.
Menurut Anton M Moeliono dalam Masalah Bahasa yang Dapat Anda Atasi Sendiri, kata pungutan indehoy, diduga berasal dari ungkapan Belanda in het hooi atau Inggris in the hay.
Secara harfiah ungkapan itu bermakna "di rumput kering (yang dijadikan makanan hewan)."
Menurut pengajar bahasa Belanda di Universitas Indonesia, Achmad Sunjayadi, kemungkinan itu kebiasaan bersenang atau bersantai orang Belanda di pedesaan yang masih banyak jerami (rumput kering). Atau di kota bisa juga aktivitas di kandang kuda yang banyak jerami untuk pakannya.
"Bisa jadi aktivitas yang dilakukan di jerami adalah memang berkasih-kasihan sampai hubungan seksual. Sebenarnya istilah indehoy hanya dikenal di Hindia Belanda (Indonesia), khususnya oleh orang-orang Indis yang ‘tidak bisa’ membedakan het dan de. Jadi, mereka mengucapkannya indehoy," jelasnya.
Dalam Mededelingen van de Afdeling Letterkunde, Volume 61, 1998, disebutkan, "setelah 1945 muncul kata-kata seperti indehoi atau indehoy, vrijen (bercumbu, bermain seks), scharrrelen (bergoyang-goyang dalam konteks seks), yang ternyata berasal dari in het hooi. (Kata hooi sendiri di Indonesia kurang dikenal)."
Jadi agaknya walaupun asalnya kata Belanda tapi ungkapan dan maknanya lahir di Indonesia setelah 1945.
Indehoy sebagai kegiatan yang berkaitan dengan seks, dimuat dalam A comprehensive Indonesian-English Dictionary karya Alan M. Stevens dan A. Ed. Schmidgall-Tellings: "indehoj, in de hooi, in de hooy, in de hoy, and indehoy (D): to make out, have illicit sexual relations."
Indehoy sebagai kegiatan yang berkaitan dengan seks, dimuat dalam A comprehensive Indonesian-English Dictionary karya Alan M. Stevens dan A. Ed. Schmidgall-Tellings: "indehoj, in de hooi, in de hooy, in de hoy, and indehoy (D): to make out, have illicit sexual relations."
Pada 1960-an, kata indehoy cukup digandrungi baik dalam pemberitaan media massa maupun karya-karya sastra. Bahkan, pada 1970-an, kata indehoy menjadi bahasa gaul di kalangan anak muda. Warkop (Warung Kopi) Prambors menjadi corongnya.
"Pokoknya kami berusaha menjadi corong penyebar isu-isu dan gosip-gosip mutakhir yang terjadi di kalangan anak-anak muda. Termasuk juga kata-kata dan celetukan yang temporer, misalnya indehoy asoy…," kata mereka dalam Warkop, Main-main Jadi Bukan Main.
"Anak muda sekarang (tahun 1970-an) sering menyebut kata indehoy," tulis Salim Said dalam Tempo, 12 Juli 1975, "namun tidak banyak di antara mereka yang tahu bahwa kata itu adalah ciptaan Motinggo Boesye yang populer lewat novel-novel popnya."
Pada 6 April 1977, pemimpin redaksi Indonesia Raya, Mochtar Lubis memberikan ceramah di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Dia mengatakan, sebagaimana kemudian dimuat dalam Situasi dan Kondisi Manusia Indonesia Kini, "Indonesia itu dapat dilukiskan dengan hanya tiga jari tangan saja, seperti ini: jempol dengan jari telunjuk dan tengah yang digerak-gerakkan melukiskan uang dan jempol di taruh antara telunjuk dan jari tengah melukiskan indehoy."
"Benar atau tidak, saya serahkan lagi pada hadirin semua untuk mempertimbangkannya," katanya. (*historia.id)
"Pokoknya kami berusaha menjadi corong penyebar isu-isu dan gosip-gosip mutakhir yang terjadi di kalangan anak-anak muda. Termasuk juga kata-kata dan celetukan yang temporer, misalnya indehoy asoy…," kata mereka dalam Warkop, Main-main Jadi Bukan Main.
"Anak muda sekarang (tahun 1970-an) sering menyebut kata indehoy," tulis Salim Said dalam Tempo, 12 Juli 1975, "namun tidak banyak di antara mereka yang tahu bahwa kata itu adalah ciptaan Motinggo Boesye yang populer lewat novel-novel popnya."
Pada 6 April 1977, pemimpin redaksi Indonesia Raya, Mochtar Lubis memberikan ceramah di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Dia mengatakan, sebagaimana kemudian dimuat dalam Situasi dan Kondisi Manusia Indonesia Kini, "Indonesia itu dapat dilukiskan dengan hanya tiga jari tangan saja, seperti ini: jempol dengan jari telunjuk dan tengah yang digerak-gerakkan melukiskan uang dan jempol di taruh antara telunjuk dan jari tengah melukiskan indehoy."
"Benar atau tidak, saya serahkan lagi pada hadirin semua untuk mempertimbangkannya," katanya. (*historia.id)
0 Komentar