Rahasia di Balik Kalimat Tauhid

Kalimat Tauhid sangat ringan untuk diucapkan. Hanya berlafadz laa ilaaha illallah, semua orang bisa mengucapkan. Namun di balik kalimat Tauhid ternyata ada rahasia. Yuk simak!


Kalimat Laailaahaillallah merupakan pondasi agama Islam. Kalimat Tauhid ini adalah kalimat yang ringan di lisan.

Saking ringannya, orang-orang kafir, munafiq dan atheis pun mampu mengucapkannya. Tapi kalimat ini tidaklah membuat mereka masuk ke dalam Islam, agama yang suci ini, sebab mereka tidak memahami makna kalimat Tauhid alias kalimat Syahadat. Mungkin sebagian mereka ada yang memahami, tapi enggan mengakui makna dan konsekuensinya.

Kalimat tauhid menjadi unsur yang sakral bila diperdebatkan. Karena menyangkut keimanan seseorang. Esensi dari kalimat Tauhid tentunya menjadi bahasan yang berpatok pada Keesaan Allah.

Kalimat  tauhid La Ilaha Illa Allah bukan hanya sekadar ucapan zikir yang terus menerus diucapkan seorang Muslim. Jika ditelaah lebih mendalam, kalimat ini memiliki keistimewaan tersendiri.

Realita ini mendorong kaum Muslimin untuk mengerahkan tenaga dan pikiran dalam mempelajari makna kalimat Tauhid alias kalimat Syahadat, sebab jika ia tidak memahaminya dengan baik, maka boleh jadi ia mengaku sebagai "muslim", tapi ternyata ia dicap dengan label "kafir" di sisi Allah -Azza wa Jalla-, akibat kelalaian dan keteledorannya dalam mempelajari kalimat Tauhid yang menjadi kunci utama seorang masuk dalam bangunan Islam.

Makna Kalimat Tauhid

Makna lalimat Tauhid La Ilaha Illa Allah adalah لاَ مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ إِلاَّ الله (tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah). Inilah makna sebenarnya yang telah didefinisikan oleh para ulama ahlisunnah waljama’ah, makna ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Al-Haj, ayat 62, yang artinya:

"Demikianlah (kebesaran Allah) karena Allah Dialah (Tuhan) yang Hak (benar) dan apa saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil."

Akan tetapi ada beberapa penafsiran yang keliru tentang kalimat La Ilaha Illa Allah yang telah tersebar luas di dunia Islam di antaranya:

1. Menafsirkan kalimat Lailahaillallah dengan (لاَ مَعْبُوْدَ إِلَّا الله): "Tidak ada yang diibadahi selain Allah." Padahal makna tersebut rancu, ini berarti setiap yang diibadahi baik benar maupun salah adalah Allah subhanahu wata’ala. Karena Allah subhanahu wata’ala menamakan semua yang disembah di muka bumi sebagai إله (Tuhan).

Ketika Rasulullâh shalallahu ‘alaihi wasallam mengatakan kepada orang-orang Musyrik: La ilaha illallah. maka meraka mengatakan:

أَجَعَلَ اْلآلِهَةَ إِلهًا وَاحِدًا إِنَّ هذَا لَشَيْءٌ عُحَابٌ

"Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan yang banyak ini menjadi Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya ini sesuatu yang mengharankan." (QS. Shood: 5)

2. Menafsirkan kalimat La Ilaha Illa Allah dengan (لاَ خَالِقَ إِلاَّ الله): "Tidak ada pencipta kecuali Allah." Padahal makna tersebut adalah sebagian makna dari kalimat Lailahaillallah dan ini masih berupa Tauhid Rububiyah (Tauhid yang mengakui keesaan Allah saja), sehinga belum cukup.

Karena orang-orang kafir jahiliyah dahulu telah meyakini Allah adalah Tuhan pencipta alam, sebagaimana Allah jelaskan dalam al-Qur'an"

وَلِئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقَوْلُنَّ اللهُ

"Dan jika engkau bertanya kepada mereka, sipakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, Allah." (QS. Az – Zuhkruf: 87)

3. Ada juga yang menafsirkan Lailahaillallah dengan (لاَ حَاكِمَ إِلاَّ الله ): "Tidak ada hakim/penguasa kecuali Allah". Pengertian ini pun tidak mencukupi makna kalimat tersebut karena apabila mengesakan Allah hanya dengan pengakuan sifat Allah Yang Maha Penguasa saja namun masih berdo’a kepada selain-Nya atau menyelewengkan tujuan ibadah kepada sesuatu selain-Nya, maka hal ini belum dikatakan (telah menjalankan makna kalimat tersebut, yaitu bertauhid kepada Allah).

Rukun Kalimat Tauhid 

Bila meneliti dan memandang kalimat Tauhid, maka ia terdiri dari dua potong kalimat. Potongan pertama: ( لا إله ), maknanya: "Sama sekali tak ada sembahan yang haq (benar)." Potongan kedua: ( إلا الله ), artinya: "kecuali Allah."

Potongan pertama meniadakan seluruh jenis peribadahan yang haq (benar) dari seluruh makhluk. Potongan kedua memberikan pembatasan bahwa sembahan ( إله ) yang haq hanyalah Allah -Azza wa Jalla-. (Lihat At-Tamhid, halaman 74, karya Al-Allamah Sholih Alusy Syaikh)

Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin -rahimahullah- berkata, "Kalimat ( لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ ) mencakup peniadaan, dan penetapan. Adapun peniadaan, yaitu kalimat ( لا إله ). Adapun penetapan, yaitu kalimat ( إلا الله )." (Lihat Syarh Al-Ushul Ats-Tsalatsah, halaman 71)

Dari sini para ahli ilmu menyebutkan bahwa kalimat tauhid memiliki dua rukun (pilar): rukun negatif (peniadaan), dan rukun positif (penetapan). Jadi, rukun negatif ( النفي ) akan meniadakan seluruh jenis sembahan-sembahan yang haq (benar), lalu dengan rukun positif ( الإثبات ) seseorang menetapkan bahwa hanya Allah yang terkecualikan dari peniadaan tersebut. Seorang yang muslim tak disebut "bertauhid" ( مُوَحِّدٌ ) jika tidak melaksanakan dua rukun tersebut.

Tak boleh seorang hanya menyatakan bahwa tak ada ilah (sembahan) yang haq, sebab jika ia hanya menyatakan demikian, maka ia tergolong atheis. Demikian pula tak cukup seseorang menyatakan bahwa Allah adalah ilah (sembahan) yang haq (benar), lalu ia tak mengingkari sembahan-sembahan lain.

Jika ia tak mengingkarinya, maka ia tergolong musyrik seperti orang-orang Quraisy. (Lihat Al-Qoul Al-Mufid fi Adillah At-Tauhid, halaman 34, cet. Dar Ibn Hazm, 1427 H)

Jika salah satu diantara rukun ini hilang karena tidak diakui dan diyakini oleh seseorang, maka ia adalah kafir, walaupun mengucapkannya 100 kali dalam sehari. Jika salah satunya hilang, maka kalimat tauhid tidak akan bermanfaat bagi pengucapnya.

Oleh karena itu, seorang tidak boleh hanya berdzikir dengan mengucapkan ( لا إله ) sebanyak enam ratus kali secara terpisah dari kalimat ( إلا الله ) yang diulangi sebanyak empat ratus kali sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian kaum sufi. (Lihat Al-Qoul Al-Baligh fir Rodd ala Jama’ah At-Tabligh, halaman 159, karya Hamud At-Tuwaijiriy).

(Sumber: http://www.wajibbaca.com/2018/08/kalimat-tauhid.html)