Kisah Kota Sodom dan Gomorah: Saat Azab Allah Basmi Kaum Pendosa

*Kisah Kaum yang Diazab Allah 

Hidup gratis sudah difirmankan Allah SWT dalam Al-Quran, Injil (Bible), Taurat, dan Zabur. Namun, saat manusia sudah berbuat dzalim dan pengingkaran atas kekuasaan dan peraturan hidup yang digariskan Allah untuk membedakan antara manusia dan hewan, maka adzab Allah dipastikan akan datang secara tiba-tiba sebagaimana dalam QS Al-Isra’ ayat 16 dan 58, serta Kitab Kejadian dalam Injil.


Semua itu pasti terjadi, karena sifat adil milik Allah, sehingga kejahatan dan kebaikan sebesar atom pun pasti akan mendapatkan balasan.

Malam itu langit terlihat gelap tanpa sekelip bintang pun, sementara angin yang berhembus kuat mencengkeram kulit dan tulang. Kendati demikian, terlihat banyak laki-laki dewasa dengan mata nanar dan hidung mendengus berjalan berkelompok ke rumah Nabi Luth. Saat sampai, mereka tidak langsung mengetuk daun pintu, tapi memencar mengepung sekeliling rumah. Sehingga tak ada sebuah titik lowong pun untuk meloloskan diri.

Kaum Nabi Luth itu datang berkelompok dan berebutan masuk ke rumah Nabi Luth dengan maksud untuk melakukan perbuatan keji pada tiga pria tampan nan rupawan yang menjadi tamunya. Mereka berkumpul sambil berdesakan di dekat pintu rumahnya sambil memanggil Nabi Luth, dengan suara keras meminta Nabi Luth menyerahkan kedua tamunya itu kepada mereka. Masing-masing dari mereka berharap dapat bersenang-senang dan menyalurkan syahwatnya kepada dua tamu Nabi Luth yang tampan.

Namun, Nabi Luth menghalangi mereka masuk ke rumahnya dan menghalangi mereka mengganggu para tamunya, ia berkata kepada mereka; "Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu membuatku malu. Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina." (QS. Al Hijr: 68-69)

Serbuan kaum Luth itu, sesungguhnya sejak awal sudah menjadi kekhawatiran Nabi Luth. Saat tiga pemuda berwajah rupawan itu bersilahturahim ke rumahnya. Nabi Luth langsung mengkhawatirkan nasib mereka. Karena itu, Nabi Luth sempat marah terhadap istrinya yang mengabarkan kedatangan dua pemuda rupawan yang menjadi tamu rumahnya pada kaum Luth.

Kendati demikian, Nabi Luth masih bisa bersabar dan mengingatkan kaumnya yang datang dan memaksa Luth menyerahkan tiga tamunya untuk dijadihkan sarana penyaluran syahwat. Nabi Luth mengatakan, bahwa Allah Subhnahu wa Ta’ala telah menciptakan wanita untuk mereka agar kaumnya dapat menyalurkan syahwatnya, akan tetapi kaum Luth tetap ingin masuk ke rumahnya.

Ketika itu, Nabi Luth tidak mendapati seorang yang berakal dari kalangan mereka untuk menerangkan kesalahan mereka. Kondisi itu membuat Nabi Luth merasakan kelemahan menghadapi mereka, seperti yang tersurat dalam QS. Huud: 80, Luth pun berkata; "Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)."

Mendengar keluhan ketidakberdayaan Nabi Luth, maka tiga tamu itu membuka diri. Memberitahukan siapa mereka sesungguhnya. Kedua tamu menegaskan, bahwa mereka bukan manusia. Mereka adalah sepasang Malaikat utusan Allah SWT, yang datang untuk menimpakan azab kepada kaumnya Nabi Luth yang fasik itu.

Sebagaimana tersurat dalam QS. Al Hijr: 62-66, para utusan menjawab; "Sebenarnya kami ini datang kepadamu dengan membawa azab yang selalu mereka dustakan. Dan kami datang kepadamu membawa kebenaran dan sesungguhnya kami betul-betul orang yang benar. Maka pergilah kamu di akhir malam dengan membawa keluargamu, dan ikutilah mereka dari belakang dan janganlah seorang pun di antara kamu menoleh ke belakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang diperintahkan kepadamu."

"Dan Kami telah wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh."

Tidak berapa lama, kaum Luth mendobrak pintu rumahnya dan menemui para Malaikat itu, lalu satu Malaikat membuat buta mata mereka dan mereka kembali dalam keadaan sempoyongan di antara dinding-dinding rumah sebagaimana dijelaskan pada QS. Al Qamar: 37-38; "Dan sesungguhnya mereka membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal."

Dengan hati yang pedih, pada tengah malam itu Nabi Luth dan keluarganya pergi meninggalkan negeri Sadum (Kota Sodom). Setelah mereka pergi meninggalkannya dan tiba waktu subuh, maka Allah mengirimkan sebuah azab yang pedih pada negeri itu.

Saat itu, negeri tersebut bergoncang dengan goncangan yang keras, satu Malaikat mencabut negeri itu dengan ujung sayapnya dan mengangkat ke atas langit, lalu dibalikkan negeri itu. Bagian atas menjadi bawah dan bagian bawah menjadi atas. Selain itu, negeri itu dihujani dengan batu yang panas secara bertubi-tubi. Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Huud: 82-83; "Maka ketika datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,–Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zalim."

Ketaatan dan keiklasan Nabi Luth dalam beribadah pada Allah SWT itulah, yang membuat Sang Nabi dan keluarganya selain istrinya yang fasik terselamatkan dari azab yang diturunkan di negeri Sodom. Sebaliknya istri Nabi Luth harus terkena azab menjadi sebuah tiang garam. Maka Nabi Luth dan keluarganya menjadi teladan baik dalam hal kesucian dan kebersihan diri, sementara kaumnya menjadi teladan buruk dan pelajaran bagi generasi yang datang setelahnya.

AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman dalam QS. Adz Dzaariyat: 37; "Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih."

Danau Luth

Danau Luth menjadi bukti azab Allah SWT pada kaum Nabi Luth. Di dasar danau terdapat tumpukan garam, yang berasal dari tumpukan mayat warga kota Sodom dan Gomorah.

Sosok Nabi Luth hidup semasa dengan Nabi Ibrahim. Luth diutus sebagai rasul atas salah satu kaum yang sebagaimana diutarakan dalam Al Quran, mempraktikkan perilaku menyimpang yang belum dikenal dunia saat itu, yaitu Sodomi (homoseksual). Ketika Luth menyeru mereka untuk menghentikan penyimpangan tersebut dan menyampaikan peringatan Allah, mereka mengabaikannya, mengingkari kenabiannya, dan meneruskan penyimpangan mereka. Pada akhirnya kaum ini dimusnahkan dengan bencana yang mengerikan.

Kota kediaman Luth, dalam Perjanjian Lama disebut sebagai kota Sodom. Karena berada di utara Laut Merah, kaum ini diketahui telah dihancurkan sebagaimana termaktub dalam Al Quran. Kajian arkeologis mengungkapkan bahwa kota tersebut berada di wilayah Laut Mati yang terbentang memanjang di antara perbatasan Palestina-Yordania.

Dalam berbagai penelitian yang dilakukan, peristiwa atau lokasi kejadian diazabnya umat Luth AS ini adalah di Kota Sodom, di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Laut Mati atau di danau Luth yang terletak di perbatasan antara Israel dan Yordania. Keberadaan umat Nabi Luth di sekitar Laut Mati ini seperti dikutip dari harunyahya.com, diperkuat dengan ulasan National Geographic edisi Desember 1957.

"Gunung Sodom, tanah gersang dan tandus muncul secara tajam di atas Laut Mati. Belum pernah seorang pun menemukan Kota Sodom dan Gomorah yang dihancurkan, namum para akademisi percaya bahwa mereka berada di Lembah Siddim yang melintang dari tebing terjal ini. Kemungkinan air bah dari Laut Mati menelan mereka setelah gempa bumi."

Asumsi ilmiah itu sesuai dengan ayat ke-82 Surat Huud dengan jelas menyebutkan jenis bencana yang menimpa kaum Luth; "Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri Kaum Luth itu yang atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan (batu belerang) tanah yang terbakar secara bertubi-tubi." Demikian pula yang tersurat dalam Injil Kitab Genesis, disebutkan; "Dikarenakan oleh dosa-dosa penduduknya, maka Sodom, Gomorrah, Admah dan Zeboim dihancurkan oleh sulfur dan api dari Tuhan." (Kejadian 19: 24-25).

Pernyataan 'menjungkirbalikkan (kota)' bermakna kawasan tersebut diluluhlantakkan oleh gempa bumi yang dahsyat. Sesuai dengan ini, Danau Luth, tempat penghancuran terjadi, mengandung bukti 'nyata' dari bencana tersebut.

Setelah sekian lama tidak ada kabarnya tentang keberadaan umat Nabi Luth, bahwa pada tahun 1967 ahli purbakala lainnya, Paul Lapp dan Thomas Schaub, melakukan penggalian kembali di sekitar Laut Mati. Dan kemudian, penggalian diteruskan oleh Werner Keller. Menurut arkeolog asal Jerman itu, kejadian yang menimpa kaum Luth seperti disebutkan dalam Al Quran dan Injil, berdasarkan perkiraan terjadi sekitar 1.800 SM. Kota Sodom dan Gomorah benar-benar berada di lembah Siddim, yang merupakan daerah terjauh dan terendah dari Danau Luth, dan bahwa pernah terdapat situs yang besar dan dihuni di daerah itu.

Bayangan Hutan

Karakteristik paling menarik dari struktur Danau Luth, adalah bukti yang menunjukkan bagaimana peristiwa bencana yang diceritakan dalam Al Quran terjadi. Pada pantai timur Laut Mati, semenanjung Al Lisan menjulur seperti lidah jauh ke dalam air. Al Lisan berarti 'lidah' dalam bahasa Arab. Dari daratan tidak tampak, bahwa tanah berguguran di bawah permukaan air pada sudut yang sangat luar biasa, memisahkan laut menjadi dua bagian. Di sebelah kanan semenanjung, lereng menghunjam tajam ke kedalaman 1200 kaki. Di sebelah kiri semenanjung, secara luar biasa kedalaman air tetap dangkal. Penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir menunjukkan kedalamannya hanya berkisar antara 50-60 kaki. Bagian dangkal yang luar biasa dari Laut Mati ini, mulai dari semenanjung Al Lisan sampai ke ujung paling Selatan, dulunya merupakan Lembah Siddim.

Suatu ketika, daerah ini dapat dilintasi dengan berjalan kaki. Namun sekarang, Lembah Siddim, tempat Sodom dan Gomorah dahulunya berada, ditutupi oleh permukaan datar bagian Laut Mati yang rendah. Keruntuhan dasar danau akibat bencana alam mengerikan yang terjadi di awal alaf kedua Sebelum Masehi itu, mengakibatkan air garam dari utara mengalir ke rongga yang baru terbentuk ini dan memenuhi lembah sungai dengan air asin.

Jika seseorang bersampan melintasi Danau Luth ke titik paling utara dan matahari sedang bersinar pada arah yang tepat, maka ia akan melihat sesuatu yang sangat menakjubkan. Pada jarak tertentu dari pantai dan jelas terlihat di bawah permukaan air, tampaklah gambaran bentuk hutan yang diawetkan oleh kandungan garam Laut Mati yang sangat tinggi. Batang dan akar di bawah air yang berwarna hijau berkilauan tampak sangat kuno. Lembah Siddim, pepohonan ini dahulu kala bermekaran daunnya menutupi batang dan ranting merupakan salah satu tempat terindah di daerah ini.

Aspek mekanis dari bencana yang menimpa kaum Luth diungkapkan oleh para peneliti geologi. Mereka mengungkapkan, gempa bumi yang menghancurkan kaum Luth terjadi sebagai akibat rekahan yang sangat panjang di dalam kerak bumi (garis patahan) sepanjang 190 km, yang membentuk dasar sungai Sheri’at. Sungai Sheri’at membuat air terjun sepanjang 180 meter keseluruhannya. Kedua hal ini dan fakta, bahwa Danau Luth berada 400 meter di bawah permukaan laut adalah dua bukti penting yang menunjukkan bahwa peristiwa geologis yang sangat hebat pernah terjadi di sini.

Struktur Sungai Sheri’at dan Danau Luth yang menarik hanya merupakan sebagian kecil dari rekahan atau patahan yang melintas dari kawasan bumi tersebut. Kondisi dan panjang rekahan ini baru ditemukan akhir-akhir ini. Rekahan tersebut berawal dari tepian Gunung Taurus, memanjang ke pantai selatan Danau Luth dan berlanjut melewati Gurun Arabia ke Teluk Aqaba dan terus melintasi Laut Merah, dan berakhir di Afrika. Di sepanjangnya teramati kegiatan-kegiatan vulkanis yang kuat. Batuan basal hitam dan lava terdapat di Gunung Galilea di Palestina, daerah dataran tinggi Yordan, Teluk Aqaba, dan daerah sekitarnya.

Fenomena ini diungkapkan oleh Haigh dan Madabushi (2002) dari Cambridge University dalam 'Dynamic Centrifuge Modelling of the Destruction of Sodom and Gomorrah'. Dalam eksperimen di laboratorium, mereka mengambil membuat pemodelan mini kota pada zaman perunggu, termasuk lapisan tanahnya sesuai dengan kondisi geologi di sekitar Laut Mati. Hasilnya, ketika model diguncang gempa dengan skala tertentu, likuifaksi memang terjadi, dan bangunan teggelam masuk ke dalam tanah.

Hal inilah yang mungkin menyebabkan mengapa bukti arkeologi Sodom dan Gomorrah sangat sulit ditemukan. Diperkirakan bahwa sekarang kota ini telah berada di bawah dasar Laut Mati. Olehnya itu John Whitaker (1997) merekomendasi untuk diadakannya penyelidikan bawah laut untuk menelusuri puing-puing Sodom dan Gomorrah.

Selain itu, ada faktor lain yang menyebabkan dahsyatnya proses kehancuran Sodom dan Gomorrah. Adanya gempa, juga memungkinkan terjadinya rekahan-rekahan pada deposit asphalt yang memang banyak terdapat di lokasi tersebut. Beberapa ahli termasuk Harris dan Beardow (1995) mengatakan bahwa kandungan gas dengan tekanan tinggi dari dalam rekahan, menyembur dan membakar deposit asphalt. Tekanan tinggi ini akhirnya melontarkan asphalt terbakar itu keluar, termasuk menghujani Sodom dan Gomorrah.

Jadi dapat dibayangkan, begitu besarnya proses kehancuran Sodom dan Gomorrah. Kombinasi antara gempa, likuifaksi, dan hujan asphalt-sulfur yang terbakar, yang meluluhlantakkan kota dan menghancurkan penduduknya sehancur-hancurnya. Terkecuali, Nabi Luth AS, atas petunjuk Allah SWT mengevakuasi anak-anaknya keluar dari 'The Sin Cities' itu.

Subhanallah! Mudah-mudahan ini menjadi petunjuk bagi orang yang beriman. 
(dari: @primavardhana)